Economic Order Quantity (EOQ) atau dalam bahasa Indonesia Kuantitas Pemesanan Ekonomis adalah jumlah pembelian persediaan paling ekonomis untuk dilakukan pada setiap kali pembelian. Tujuan metode EOQ mencapai tingkat persediaan yang seminimum mungkin, biaya rendah dan mutu yang lebih baik. Secara umum EOQ merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan perusahaan mengenai kuantitas pembelian persediaan, sehingga perusahaan mampu menyeimbangkan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Analisis EOQ tergolong metode yang mudah digunakan dengan mudah dan praktis. Dengan penerapan EOQ perusahaan akan mampu mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang, dan menyelesaikan masalah akibat dari banyaknya persediaan yang menumpuk.
Dalam
penggunaan metode EOQ ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Metode ini
disebut ukuran lot yang digunakan untuk pengelolaan independent demand inventory dan didasarkan pada beberapa asumsi.
Beberapa asumsi tersebut anatara lain :
-
Permintaan dikenal dan deterministik, atau konstan.
-
Lead time (waktu antara pemesanan
sampai pesanan datang) harus tetap
-
Tidak ada kejadian persediaan habis atau stock
out
-
Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan datang pada waktu yang
bersamaan serta tetap dalam bentuk paket.
-
Harga per unit tetap dan tidak ada perubahan harga
-
Besar carrying cost tergantung secara
garis lurus dengan rata-rata jumlah inventory
-
Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan
-
Item merupakan produk satu macam dan tidak ada hubungannya dengan produk lain
Perhitungan
Economic Order Quantity (EOQ)
Rumus
EOQ adalah :
Keterangan
:
R :
Kuantitas yang diperlukan selama periode tertentu
S :
Biaya pesanan setiap kali pesan
P :
Harga bahan per unit
I :
Biaya penyimpanan bahan baku (umumnya dinyatakan dalam satuan %)
PI :
Besarya biaya penyimpanan bahan baku per unit
Frekuensi Pembelian
Metode
EOQ mengacu pada penentuan jumlah yang sama setiap kali pembelian. Oleh karena
itu banyaknya frekuensi pembelian dalam satu tahun dapat diketahui degan
membagi kebutuhan bahan dalam satu tahun dengan jumlah pembelian tiap kali
melakukan pemesanan (EOQ). Maka apabila dirumuskan dinotasikan dengan :
I :
Frekuensi pemesanan dalam satu tahun
D :
Jumlah kebutuhan bahan selama satu tahun
EOQ :
Jumlah pembelian optimal bahan sekali pesan
Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan
pegaman atau safety stock adalah
suatu persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan proses
produksi untuk menghindari terjadinya kekurangan barang. Safety stock diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku
yang diperlukan dalam proses produksi tidak selalu tepat seperti yang
direncanakan. Secara sederhana safety
stock bisa diartikan sebagai jumlah minimal persediaan yang harus selalu
ada dalam setiap periode guna mengantisipasi terjadinya keterlambatan pada
proses produksi akibat ketidaksesuaian persediaan.
Untuk
menghitung besarnya safety stock
dapat memakai cara relatif dengan menggunakan metode perbedaan pemakaian
maksimum rata-rata. Apabila dinotasikan maka :
Lead Time
Lead time atau waktu tunggu adalah tenggang waktu yang diperlukan sejak
pemesanan sampai datangnya bahan baku. Waktu tunggu ini bisa bersifat konstan
dan juga probabilistik. Dalam keadaan EOQ lead time diasumsikan konstan. Lead time muncul karena setiap pemesanan
pasti membutuhkan waktu dan tidak semua pesanan dapat dipenuhi secara seketika.
Waktu
tunggu perlu diperhatikan karena berkaitan erat dengan penentuan saat pemesanan
kembali (reorder point). Lead time biasanya diketahui dari waktu
tunggu pemesanan-pemesanana sebelumnya yang pernah dilakukan. Para penyedia
bahan baku menyerahkan bahan baku yang dipesan bisa tepat waktu atau terlambat.
Apabila sering terlambat berarti perlu safety
stock yang besar, sebaliknya apabila biasanya tepat waktu maka tidak perlu safety stock yang besar.
Reorder Point (Titik Pemesanan Kembali)
Reorder point adalah titik tertentu dimana perusahaan harus melakukan
pemesanan kembali, sehingga datangnya pemesanan tersebut tepat dengan
persediaan 0 ( metode EOQ). Beberapa faktor yang mempengaruhi reorder point adalah lead time, stock out cost (Biaya karena
keterlambatan bahan baku) dan extra carrying
cost (Biaya karena kedatangan bahan baku terlalu awal). Reorder point dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
LT :
Lead Time
AU :
Average Usage atau pemakaian rata-rata (biasanya pemakain bahan baku per hari
kerja)
SS :
Safety Stock
Total Inventory Cost (Total Biaya Persediaan)
Total inventory cost adalah jumlah biaya persediaan yang harus dikeluarkan. Total inventory cost sendiri adalah
gabungan dari carrying cost (biaya
pemeliharaan) dan ordering cost
(biaya pemesanan), maka apabila dinotasikan menjadi.
Keterangan
:
TIC :
Total Inventory Cost
TOC :
Total Ordering Cost
TCC :
Total Carrying Cost
D :
Jumlah kebutuhan bahan per tahun
Q :
Jumlah unit yang dipesan tiap kali pemesanan
S :
Biaya pesanan tiap kali pemesanan
H :
Biaya unit penyimpanan per tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar