Pengertian Teks Cerita Sejarah
Cerita
sejarah adalah cerita yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang
fakta kejadian masa lalu yang menjadi latar belakang terjadinya sesuatu dan
memiliki nilai sejarah. Contoh : Kemelut Majapahit
Selain
teks sejarah, juga terdapat novel sejarah
Novel
sejarah adalah cerita yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu
yang menjadi latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai
sejarah. Namun, novel tersebut
dikembangkan dengan sudut pandang yang lain dan dibumbui dengan imajinasi
penulis. Contoh : Legenda Surabaya
Ciri-ciri teks cerita sejarah (faktual)
- Disajikan secara
kronologis atau urutan peristiwa
- Bentuk teks cerita
ulang atau recount
- Sering menggunakan
konjungsi temporal
- Berisi fakta atau
kejadian yang benar terjadi
Ciri-ciri novel sejarah
- Disajikan secara
kronologis atau urutan peristiwa
- Bentuk teks cerita
ulang atau recount
- Sering
menggunakan konjungsi temporal
- Terdapat unsur fiktif
namun berdasarkan sumber yang jelas/valid
- Cerita berdasar fakta
yang dibumbui dengan imajinasi penulis
- Kejadian dalam cerita
membutuhkan bukti atau jejak sejarah
- Karena berupa novel,
bahasanya harus memperhatikan unsur estetika
Struktur Teks Cerita Sejarah
Struktur
teks cerita sejarah terdiri dari 3 bagian :
1.Orientasi : berisi
pengenalan setting dan tokoh
2.Pengungkapan peristiwa :
berisi pengungkapan peristiwa-peristiwa secara kronologis (urutan waktu)
3.Reorientasi : berisi pengungkapan komentar/opini penulis
Sedangkan
struktur teks pada novel sejarah sama dengan novel lainnya yaitu :
1.Pengenalan
situasi cerita (exposition,
orientasi)
: berisi pengenalan setting dan tokoh
2.Pengungkapan
peristiwa : awal peristiwa sebelum konflik
3.Menuju
konflik (rising
action)
: munculnya konflik
4.Komplikasi : penanjakan konflik
5.Puncak
konflik (turning
point)
: klimaks dari cerita
6.Penyelesaian (evaluasi, resolusi) : bagaimana tokoh mengatasi konflik
7.Koda
: komentar penulis (bersifat opsional)
Unsur Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Bahasa
yang digunakan dalam novel sejarah bahasa yang digunakan yakni konotatif dan
emotif, sedangkan pada cerita sejarah bahasa yang digunakan yakni denotatif.
Sekalipun menggunakan bahasa konotatif dan emotatif, bahasa yang digunakan
tetap dapat dipahami oleh pembaca. Hal ini dikarenakan pengarang merekayasa
bahasa beragam gaya bahasa, pencitraan, dan beragam pengucapan.
Beberapa
kaidah kebahasaan yang berlaku pada novel sejarah sebagai berikut.
- Menggunakan banyak
kalimat bermakna lampau
Contoh:
Prajurit-prajurit
yang telah diperintahkan membersih gedung bekas asrama telah menyelesaikan
tugasnya.
- Menggunakan banyak kata
yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal).
Konjungsi
temporal (konjungsi yang berkaitan dengan waktu dan digunakan untuk mengurutkan
peristiwa secara kronologis) ada 2 :
a.Konjungsi temporal
sederajat : (lalu, kemudian, sebelumnya, sesudahnya, dan lain-lain)
Contoh:
Bayangkara
gugur dibunuh dengan cara licik oleh kaki tangan Rakutih selanjutnya
Mahisa terbunuh oleh Gagak Bongol.
Maka
nasi sekepal itu amblas ke dalam lantai kemudian terdengar bunyi
berkerotok.
Keberadaan
Borobudor sebenarnya telah diketahui penduduk lokal diabad ke-18 yang sebelumnya
tertimbun material Gunung Merapi.
b.Konjungsi temporal tak
sederajat : menghubungkan 2 atau lebih peristiwa yang tidak sederajat.
(setelah, sebelum, ketika, apabila dll)
Contoh
:
Setelah
juara gulat itu pergi, Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang-tenang masuk ke kadipaten.
Konon
ketika Calon Arang marah dan menebar tenung, kabut amat tebal membawa
penyakit tak hanya turun di wilayah tertentu.
- Menggunakan banyak kata
kerja yang menggamabarkan suatu tindakan (kata kerja material)
Contoh :
Setelah
juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang-tenang masuk ke kadipaten.
- Menggunakan banyak kata
kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan
seorang tokoh oleh pengarang
Contoh:
Riung samudera menyatakan
bahwa ia mssih bingung dengan semua penjelasan Kendit Galih tentang masalah itu.
- Menggunakan banyak kata
kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata
kerja mental)
Contoh:
Gajah
Mada sependapat
dengan jalan pikiran Senopati Gajah Enggon.
- Menggunakan banyak dialog.
Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda("...")
dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung
Contoh:
"Mana surat itu?"
"Ampun, Gusti Adipati, patik takut maka patik bakar"."Surat apa,Nyi Gede, lontar atau kertas? "
"Lon... Lon... Lon... kertas barangkali, Gusti, patik tak tahu namanya. Bukan lontar. "
Contoh:
"Mana surat itu?"
"Ampun, Gusti Adipati, patik takut maka patik bakar"."Surat apa,Nyi Gede, lontar atau kertas? "
"Lon... Lon... Lon... kertas barangkali, Gusti, patik tak tahu namanya. Bukan lontar. "
- Menggunakan kata kata sifat untuk menggambarkan tokoh,
tempat, dan suasana.
Contoh:
Gajah mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan mata menyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing. Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besarnya wibawa seorang Gajah Mada.
Gajah mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan mata menyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing. Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besarnya wibawa seorang Gajah Mada.
- Menggunakan kata-kata
kias(ungkapan, majas, peribahasa), konotatif, diksi yang emosional
Untuk
cerita
sejarah sendiri memiliki unsur kebahasaan yang hampir sama seperti unsur
kebahasaan novel sejarah hanya saja unsur kebahasaan cerita sejarah tidak banyak
menggunakan unsur pada nomer 6 yaitu menggunakan banyak dialog dan 8.
Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Teks Cerita Sejarah
Nilai-nilai yang di
maksud adalah sesuatu yang dapat diambil dan di petik dari teks cerita sejarah
yang dapat berguna dalam kehidupan sehari hari. Nilai-nilai tersebut tidak
ditulis secara langsung. Namun diletakkan secara implisit atau tersirat dalam
alur, latar, tokoh, dan tema. Adapun nilai-nilai yang terdapat di
dalam teks cerita sejarah.
1.Nilai
Budaya
Adalah nilai yang dapat
memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban
atau kebudayaan. (kebiasaan individu, kelompok, bangsa)
Contoh :
Dan bila orang mendarat
dari pelayaran, entah dari jauh entahlah dekat,
ia akan berhenti di satu tempat beberapa puluh langkah dari
dermaga. Ia akan mengangkat sembah di hadapannya
berdiri Sela Baginda, sebuah tugu batu berpahat dengan prasati peninggalan Sri
Airlangga. Bila ia meneruskan langkahnya, semua saja jalanan besar yang
dilaluinya, jalanan ekonomi sekaligus
militer. Ia akan selalu berpapasan
dengan pribumi yang berjalan tenang tanpa gegas, sekalipun di bawah matahari
terik.
Nilai budayanya adalah
kebiasaan bangsa timur bila berjalan selalu tenang tanpa terburu-buru.
2.Nilai
Moral/Etika
Adalah nilai yang dapat
memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika atau
moral.
Contoh :
“Juga
Sang Adipati Tuban Arya Teja Tumenggung Wilwatikta tidak bebas dari ketentuan
Maha Dewa. Sang Hyang Widhi merestui barangsiapa punya kebenaran dalam hatinya.
Jangan kuatir. Kepala Desa! Kurang tepat jawabanku, kiranya? Ketakutan selalu
jadi bagian mereka yang tak berani mendirikan keadilan. Kejahatan selalu jadi
bagian mereka yang mengingkari kebenaran maka melanggar keadilan. Dua-duanya
busuk, dua-duanyasumber keonaran di atas bumi ini...,” dan ia teruskan wejangannya
tentang kebenaran dan keadilan dan
kedudukannya di tengah-tengah kehidupan manusia dan para dewa.
Nilai
etikanya adalah seseorang yang tidak berani membela kebenaran sama buruknya
dengan melakukan kejahatan.
3.Nilai Agama
Adalah
nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan atau bersumber pada nilai-nilai agama.
Contoh :
Kala
itu tahun 1309. Segenap rakyat berkumpul di alun-alun. Semua berdoa, apa pun
warna agamanya, apakah Siwa, Buddha, maupun Hindu. Semua arah perhstian
ditujukan dalam satu pandang, ke Purwaktra tidak dijaga terlalu ketat. Segenap
prajurit bersikap sangat ramah kepada siapa pun karena memang demikian sikap
keseharian mereka. Lebih dari itu, segenap prajurit merasakan gejolak yang
sama, oleh duka mendalam atas gering yang diderita Kertarajasa Jawawardhana.
Nilai
agamanya adalah agama apapun akan melakukan doa untuk kesembuhan raja.
4.Nilai Sosial
Adalah
nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat.
Contoh :
Sebagian
terbesar pengantar sumbangan, pria, wanita, tua, dan muda, menolak disuruh
pulang. Mereka bermaksud menyumbangakan tenaga juga. Maka jadilah dapur raksasa
pada malam itu juga. Menyusul kemudian datang bondongan gerobak mengantarkan
kayu bakar dan minyak-minyakan. Dan api unggun menyala dalam berpuluh tungku.
Nilai
sosialnya adalah kesediaan untuk menyumbang dan membantu.
5.Nilai Estetis
Adalah
nilai yang berkaitan dengan keindhan, baik keindahan struktur pembangun cerita,
fakta cerita, maupun teknik penyajian cerita.
Contoh :
Betapa
megah dan indah bangunan itu karena terbuat dari bahan- bahan pilihan.
Pilar-pilar kayunya atau semua bagian dari tiang saka, belandar bahkan sampai
pada usuk diraut dari kayu jati pilihan dengan pilihan dengan perhitungan
bangunan itu sanggup melewati waktu puluhan tahun, bahkan diharap bisatembus
lebih dari seratus tahun. Tiang saka diukir indah warna-warni, kakinya berasal
dari bahan batu merah penuh pahatan ukir mengambil tokoh-tokoh pewayangan, atau
tokokh yang pernah ada bahkan masih hidup. Bangunan itu berbeda-beda bentuk
atapnya, pun demikian dengan bentuk wajahnya. Halaman tiga istana utama itu
diaturrapi dengan sepanjang jalan ditanami pohon tanjung, kesara, dan cempaka.
Melingkar-lingkar di halaman adalah tanaman bunga perdu.
Nilai
estetisnya adalah bangunan yang berbeda-beda bentuk atapnya memberikan kesan
gambaran kepada pembaca.
Hal Hal yang Perlu Di Perhatikan Dalam Membuat Teks Cerita Sejarah
Dalam
penulisan teks cerita sejarah, perlu diperhatikan hal-hal berikut, yakni :
1.Sesuai dengan kejadian yang
sebenarnya (bersifat fakta).
2.Sumbernya harus valid
atau terpercaya.
3.Harus berdasarkan
penelitian yang kredibel.
4.Struktur
5.Kebahasaan
6.Nilai-nilai yang
terkandung
7.Unsur instrinsik dan
ekstrinsik
Selanjutnya
langkah langkah dalam menulis teks cerita sejarah antara lain.
1.Menentukan topik cerita
sejarah yang akan ditulis
Contoh:
topik olahraga
2.Menentukan tujuan
penulisan teks cerita sejarah
Contoh:
menceritakan sejarah terbentuknya FIFA
3.Menggali dan
mengumpulkan informasi mengenai topik sejarah yang sudah ditentukan
4.Mengelompokkan atau
mengklasifikasi informasi yang didapatkan
5.Menyusun kerangka
karangan cerita sejarah yang akan ditulis( sesuai struktur)
6.Mengembangkan
7.Mengedit teks cerita
sejarah yang telah ditulis
8.Memublikasikan teks
cerita sejarah
Untuk contoh teks cerita sejarah Kepergian Sang Aktivis Setelah Meneriakkan Reformasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar